::: sinopsis :::

::: sinopsis :::
.

Tuesday, October 19, 2010

PUISI CINTA ADAMUS

Malam itu, Adamus membuka skrol yang diberikan Her-Una siang tadi dan dia terkejut melihat tulisan yang amat cantik dan kemas di dalamnya. Apatah lagi apabila dia menyedari tulisan itu adalah puisi untuknya. Istimewa untuknya.
Menatap tulisan tangan yang cantik dalam huruf-huruf yang tidak asing lagi itu, membuatnya kagum dengan usaha serta semangat Her-Una mempelajari dan memahirkan diri dengan sistem tulisan Bumi dan bahasa Adamus atau bahasa Melayu.
Dia membaca bait demi bait…

Adamus…
Pahlawan hatiku…
Bawalah hatimu kemana saja engkau mahu
Sungguh benar cinta pertama itulah cinta tulus sejati
Tidak terkira pecinta yang datang bertandang
Mengetuk pintu hatiku dan merayuku… namun, kerinduan juga tetap memanduku padamu…
Api kerinduan memarak keinginan agar selalu di sisi mu
Tidakku berpaling kerna celaan nista yang menghujan
tidaklah aku berpaling darimu karena celaan-celaan
Kutinggalkan yang lain sejak kukenal kekasih sejati
seolah-olah bekal perjalanan yang tidak kunjung hilang
sejuta satu bayangan menawan saban malam
jatuh cinta kepada yang ini kemudian kepada yang itu
namun keesokan hari begitu cepat melupakannya
Dahulu hatiku hampa sebelum terisi cinta kepadamu
sibuk mengingat yang lain, terlena dalam senda gurau
Ketika cintamu memanggil hatiku ia pantas membalasnya
Kulihat ia tidak lagi berpindah ke hati yang lain
hatiku risau kecuali bersamamu
sungguh tiada lain di dunia ini yang lebih membuatku gembira
sekiranya seluruh keindahan ada di desa ini
namun akan terasa hampa…Jika engkau lenyap dari pandanganku!
Ingatlah!
Jika engkau hilang dari pandanganku maka… aku selalu melayang mengingatmu
jika impian tidak mengunjungiku… maka hati ini akan mengunjungimu
jiwaku adalah lisan yang menggambarkan tentang cintamu
jiwaku adalah hati dan engkaulah yang menyebarkan isi hati
Daku terbuai oleh keindahanmu
Terbuai-hanyut oleh senyum manismu
kau tuturkan perasaan itu
seakan hanya diriku yang pemiliknya
rasanya aku terbang menembusi Syurga dengan kedua sayapmu
menggapai segala hasrat di jiwa untuk bersama mu…
Tahukah kau, betapa setiaku hanya satu untukmu, wahai kekasih…
Aku cinta pada mu, sepenuh hatiku…


Adamus mengakhiri bacaannya dengan menarik nafas dalam-dalam bersama rasa pilu yang mencengkam di hatinya tatkala ini. “
Oh, Una… aku mesti membalas puisimu! Getus hatinya.
Nampaknya gadis itu, telah memahirkan diri dengan bahasa Adamus. Tepat sangkaanya dan ternyata usaha gadis itu tidak sia-sia. Tambahan pula, dari puisi yang dibacanya telah menggambarkan semua itu. Dia teringat semula saat dia bersua muka dengan gadis jelita itu. Kali pertama mereka berbual dalam keadaan yang asing tetapi ada kemesraan yang bertaut dari pandangan mata mereka berdua saat itu walaupun mereka berdua tidak saling memahami.

No comments:

Post a Comment